Senin, 28 Maret 2011

Antara Gunung Merapi dan Kehidupan

Saat melihat gunung Merapi berdiri dengan gagahnya di utara Yogyakarta, apa yang ada di benak teman-teman??
Decak kagum??
Kalau aku, apalagi saat awan tidak menutupi kaki Merapi, saat Merapi terlihat sangat jelas; yang ada di benakku hanya satu : “WOW, tinggi banget ya gunung ini ! !”
Lalu kata ini akan diikuti suara hatiku “ga nyangka lho, aku pernah mendaki sampai puncaknya..
Yuup, aku pernah mendaki Merapi sampai puncaknya.
Tiap ingat kejadian itu, aku mencoba mengingat kembali bagaimana mengumpulkan semangatku lagi, lagi, dan lagi.
Fisikku yang sepintas amat sangat tidak mumpuni untuk mendaki gunung ini, pernah mendaki sampai puncaknya.
Aku ingat banget, tubuh rapuhku ini ternyata bisa menjadi sumber inspirasi, sumber semangat bagi orang lain yang hampir putus asa saat mendaki gunung ini.
“Masa’ kamu kalah ma dia. Dia cewek aja bisa sampai puncak”.
Yuup, kebanyakan pendaki gunung adalah cowok, dan saat ada cowok yang hampir menyerah, teman-temannya akan menyemangatinya dengan berkata “Masa’ kalah sama cewek??”
Atau, kalo ada cewek yang mendaki gunung, kebanyakan fisik mereka lebih kuat, lebih mumpuni daripada saya; saat cewek seperti itu hampir menyerah, teman-temannya akan menyemangati dengan berkata “Masa’ kamu kalah ma cewek sekecil itu??”

Well,, aku tidak akan menyoroti kata orang-orang yang menyemangati temannya dengan kata yang terkesan meremehkanku.
(Aku ga akan marah, karena ini realita yang terjadi dalam diriku. Aku tahu kok, kalau tujuan mereka tu sebenarnya baik,,
Tuhan itu baik, aku memang sepintas tidak mumpuni, tapi aku menjadi sumber inspirasi semangat untuk orang-orang yang mumpuni, orang-orang yang lebih kuat daripada aku.

Belajarlah satu hal ini:
‘Kamu bisa mempunyai seribu kelebihan, tapi pasti ada setidaknya satu kekuranganmu..
Dan sebaliknya, kamu bisa mempunyai seribu kekurangan, tapi setidaknya ada satu kelebihanmu..’ 
Saat semua yang kamu lihat hanya kekurangan, apakah kamu akan menyibukkan diri dengan kekuranganmu saja?
Apakah dengan memikirkan kekuranganmu terus-menerus, itu akan mengubah hidupmu?
Tidak, kawan..!! Kamu akan tetap kamu, dengan segala kekurangan dan kelebihanmu.
Jadi, mengapa tidak mencoba menerima diri sendiri (dengan segala kelebihan maupun kekurangan kita; dengan segala perubahan dalam diri kita, baik berubah menjadi lebih baik, maupun berubah menjadi lebih buruk) ?!?
Rekonsiliasilah dengan dirimu sendiri dulu kawan,, sebelum kamu bisa rekonsiliasi dengan orang lain..

Hmm,, dari pengalaman hidup, aku juga belajar satu hal lagi ni:
‘pengalaman mendaki gunung itu bukan pengalaman bagaimana caranya mendaki gunung, tapi bagaimana pengalaman batin saat mendaki gunung’.
Kalau menurutku ni ya, caranya mendaki itu juga penting lho (persipan fisik, ransel, makanan, tenda, baju hangat)..tapi itu hanya akan terasa selama mendaki dan selama pegel-pegel setelah pendakian..
Nah, kalau pengalaman batin saat mendaki, itu akan terbawa sampai kapan pun..
Hmm,, aku aja yang ga mumpuni seperti ini dulu bisa sampai puncak.
Masa’ aku sekarang mudah menyerah ?!?!
Rasanya terlalu cepat, terlalu mudah bagiku untuk menyerah sekarang..
Aku hanya mencoba meraih apa yang menurutku masih bisa kuraih,, sekalipun harapanku mulai memudar..
Mencoba tetap tersenyum sekalipun hatiku menangis keras..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar